Gosip yang Nggak Kenal Tempat

Bagas bersama anak-anak pulau

Gosip kalau dipahami secara polos merupakan pembicaraan buruk tentang orang lain. Gosip berdasarkan klasifikasi ini buruk, bahkan dalam agama tergolong dosa. Tapi, kalau dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, gosip adalah sesuatu yang sangat menguntungkan manusia.

Gosip secara luas adalah bentuk persebaran informasi. Seperti disebutkan oleh Pak Harari dalam buku Sapiens (2014), gosip ini cara komunikasi khas-nya manusia. Hewan-hewan meskipun punya bahasa mereka sendiri, tapi nggak bisa bergosip.

Mereka nggak bisa seperti manusia yang membahas tentang Dian Sastro Wardoyo yang makin tua makin menawan dan bikin ngefans. Juga nggak bisa memperbincangkan Choi Siwon, orang Korea Selatan yang entah gimana caranya makin jago ngetwit dengan bahasa Indonesia.

Untuk memperjelas gambaran dariku tentang gosip, aku punya dua cerita

Pengalamanku

Sebelum cerita bagian ini dimulai, aku sama sekali nggak mempermasalahkan apa yang terjadi. Juga bukan dengan tujuan pamer. Sekadar mengenang aja pokoknya hehehe..

Jadi, dulu waktu aku Aliyah sekolahku, Mu'allimin Jogja itu khusus laki-laki saja. Ada sekolah yang khusus perempuan, sama-sama berasrama, bahkan dianggap saudara kembarnya Mu'allimin. Bagi yang belum tahu, namanya Mu'allimaat.

Nah seperti lazimnya anak SMA/sederajat, pasti banyak lah kisah asmara dan gosip di antara kami. Walaupun siswa di kedua sekolah ini nggak boleh pacaran, bahkan ketemuan aja bisa jadi persoalan, tapi tetap banyak yang saling kenal, kontakan secara intens, bahkan pacaran. Seperti lazimnya cerita anak muda, kalo ada hubungan semacam ini pasti ada gosip yang mengiringi.

Salah satu yang jadi bahasan dalam pergosipan adalah aku. Setidaknya namaku pernah beredar di perbincangan tiga angkatan Mu'allimaat secara umum. Pertama angkatan atasku setahun, aku banyak diperbincangkan karena mbakku, mbak Nadiya, dulu sekolah di sana. Aku selalu jadi bahan gosip, minimal dilaporkan ke mbakku ketika aku lewat di sekitar Mu'allimaat (kawasannya bernama "Suronatan").

Entah bagaimana caranya, pokoknya semisal sore hari aku lewat, malamnya mbakku dapat kabar dari temannya. Kemudian keesokan harinya atau beberapa hari kemudian gantian mbak Nadiya yang bilang ke aku kalau dapat laporan bahwa Naban habis lewat daerah Suronatan. Setelahnya, aku nggak tahu lagi kok bisa terjadi. Hal ini terjadi berulang kali. Belakangan aku baru sadar kalau anak Mu'allimin lewat Suronatan adalah salah satu sumber gosip yang potensial banget.

Dua angkatan sisanya adalah angkatanku dan angkatan bawahku. Kalau yang ini terjadi karena aktivitasku--untuk nggak menyebut dengan "ulahku". Aku banyak diperbincangkan sebagai Nabhan yang ceweknya banyak. (Hahahaha aku mengetik ini sambil senyum-senyum menahan tawa)

Gosip ini benar-benar bikin aku nggak habis pikir. Selalu bertanya-tanya, kok bisa ya? Dari mana mereka berkesimpulan kayagitu? Pasti ada omongan atau kelakuanku yang salah, tapi apa ya? Aku malah bingung sendiri. Boro-boro ceweknya banyak, satu aja nggak genap. Seandainya semua tahu denan mengonfirmasi ke aku cerita yang sebenarnya, mungkin malah kasihan ke aku. Nggak jadi menggosip. Walaupun tetap misuhi aku mungkin hehehe..

Lanjut lagi, nama dan cerita tentangku bisa dengan mudahnya tersebar, sedangkan aku sampai sekarang nggak tahu secara persis bagaimana cerita-cerita itu bisa berhembus orang per orang sampai nggak terhitung lagi siapa saja yang tahu. Bahkan sampai aku lulus, aku bisa mengklaim secara umum anak dari dua angkatan tersebut kalaupun nggak mengenal aku, setidaknya pernah mendengar namaku disebut. Klaim yang sok-sokan tapi sejauh ini begitu kesimpulanku.

Usut punya usut, pada puncaknya, pembicaraan tentang Naban pernah beredar luas. Di mana ada tiga lantai asrama yang cukup besar, salah satu lantainya--iya, di semua kamar--dipenuhi pembicaraan yang menyebut nama "Nabhan". Dari mana aku tahu? Dari salah satu teman di Mu'allimaat yang nggak lama kemudian cerita ke aku.

Info dari temanku ini bisa jadi benar, bisa jadi enggak. Kalaupun nggak benar, ya bisa dihitung sebagai gosip yang aku bahas ini yakaan. Namanya gosip ya begitu, kita sangat mungkin bisa percaya. Tapi bisa jadi benar, mungkin juga salah.

Tadinya aku nggak pernah peduli tentang gosip terkait aku. Tapi kemudian, setahun belakangan baru terasa efeknya. Aku sendiri yang digosipin nggak peduli, tapi orang lain yang mendengar bisa kepikiran banget. Apalagi salah satu yang mendengar itu adalah perempuan-yang-sedang-dekat denganku. Kan jadi..... Oke cukup, lanjut, segmen ini sudah terlalu panjang hehehe..

Gosip di Lokasi KKN

Tadi kan konteksnya kota, dengan ruang yang sempit. Apalagi di asrama dan anak-anaknya mengenal medsos. Memang wajar informasi bisa berpindah dengan cepat. Tapi di lokasi KKN-ku jauh banget dari peradaban, nggak ada sinyal, listrik dari PLN nggak ada dan genset sangat terbatas (klik di sini untuk berkenalan dengan lokasi KKN-ku). Sederhananya terisolasi banget deh. Semestinya bakal jauh beda dengan di kota. Tapi ternyata ya gosip-gosip di pulau gampang tersebar juga.

Suatu saat, di pulau sebelah ada warga yang meninggal. Karena keterbatasan informasi, hanya kerabat dekat yang saat itu melayat. Tetapi ternyata informasi tersebar luas di Poleonro. Dari ujung pulau ke ujung pulau, semua penduduk tau. Ibu-ibu, bapak-bapak, anak muda, anak SMP, anak kecil semua tahu.

Kecepatan persebaran informasi ini berarti juga buat kami waktu melaksanakan program. Entah dengan pembicaraan dan gosip apa di antara mereka banyak program kami seperti nonton bareng, lomba-lomba tujuhbelasan, sampai pelatihan memasak plus lombanya jadi rame. Dan ramenya melampaui ekspektasi tuh lo, karena memang seluruh warga pulau tahu informasinya.

Satu lagi yang teringat, suatu saat Ibu Orpah kepala sekolah satu-satunya SD di pulau mengadakan syukuran. Karena cucunya sudah sembuh setelah sepekan sakit dan rewel terus. Bentuk syukurannya adalah makan-makan di Karangan, semacam pulau karang di selatan pulau utama. Ibu Orpah saat itu mengajak kami, anak-anak KKN.

Kami kira, saat itu hanya kami dan keluarga yang diajak. Tapi pagi hari sebelum syukuran digelar kami mencium gelagat ketidakberesan. Anak-anak silih berganti menyebut kalau mau ada syukuran di Karangan. Kami heran dooong.

Benar saja, siang hari yang terjadi saat syukuran digelar adalah warga berbondong-bondong ke Karangan. Mayoritas orang dewasa setengah pulau ikut semua! Kalau anak-anak malah dari ujung ke ujung pulau nggak mau ketinggalan. Ini syukuran balita sembuh setelah sakit doang loh. Bisa jadi ruame banget karena persebaran informasi di sana bukan main cepatnya.

Terbukti kan kalau gosip adalah aktivitas universal manusia. Bahkan sampai ke tempat-tempat yang paling terpencil dan jauh dari teknologi serta peradaban kota.



Kalau diperdalam lagi, gosip adalah cara persebaran informasi. Nah informasinya itu bisa nyata ataupun imajinatif. Bisa benar bisa enggak. Tapi manusia bisa percaya. Misal nih kita ada kertas biasa, dulu nggak ada harganya, tapi digambar sedemikian rupa. Jadi uang. Orang yang percaya uang menyebarkan lewat gosip. Lalu bimsalabim! Orang jadi percaya bahwa kertas-kertas yang semula nggak ada nilainya tersebut punya nilai dan bisa jadi alat tukar.

Sama halnya dengan gosip tadi. Kabarnya bisa jadi benar, bisa juga salah. Tapi manusia bisa percaya. Dan menggerakkan tindakan manusia berdasarkan informasi dari gosip. Kalau mau memahami kerennya gosip lebih jauh lagi, baca buku yang kusebut di awal aja deh! ;)

Komentar

Postingan Populer