Bermimpi adalah Privilege

Privilege adalah sebuah kata yang sering bersliweran di linimasa media sosial beberapa tahun terakhir. Ternyata, kata-kata ini nggak hanya trending di Indonesia. Akhir 2022 lalu ketika ikut program YSEALI aku belajar tentang Privilege di kelasnya Patrick McNamara dan Jodi Benenson.





Apa Itu Privilege?

Pada dasarnya, privilege adalah unearned advantage, yaitu hak istimewa atau keuntungan. Tapi hak yang bukan didapat karena melakukan kewajiban. Bukan pula hak yang didapat karena perjuangan.

Biasanya, privilege terkait dengan harta dan jabatan. Orang kaya dan orang-orang dengan jabatan memiliki privilege lebih dalam kehidupan sosial. Anak-anak dari orang kaya dan pejabat punya kemungkinan lebih tinggi memiliki kualitas hidup yang baik, salah satunya karena privilege.

Tapi, yang nggak kita sadari, ada beberapa hal di luar harta dan jabatan yang juga menjadi privilege. Salah satu contoh privilege jenis ini adalah bisa sekolah sampai pendidikan tinggi. Ternyata, nggak semua orang bisa mengakses. Bahkan, di Indonesia kurang dari 10% penduduk bisa mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.

Di sisi lain, mestinya pendidikan, kesehatan, dan hidup layak jadi hak setiap orang. Bukan hanya untuk kalangan tertentu. Well-being has to be right, not privilege.

Seringkali, orang yang punya privilege nggak sadar bahwa dirinya punya privilege. Ini karena semua orang pasti merasa apa yang didapatkan adalah hasil dari usahanya. Dan, apa yang aku sebut sebagai privilege, nggak dihitung sebagai salah satu faktor penting pendukung kesuksesan.

Setiap tempat punya standar privilege berbeda-beda. Tapi umumnya kita bisa mengenali standar privilege berdasar negara.

Di Indonesia misalnya, kamu punya privilege lebih kalau kamu laki-laki, beragama Islam, bersuku Jawa, tinggal di pulau Jawa, datang dari keluarga berada, datang dari keluarga dengan posisi yang tinggi (misalnya pejabat), dan datang dari keluarga terdidik.

Mengapa laki-laki? Ini nggak terlepas dari situasi masyarakat Indonesia yang masih patriarkis. Selain itu, posisi sebagai mayoritas (Islam dan Jawa, misalnya) dan kelas sosial tinggi juga jadi privilege tersendiri. Dan, sekali lagi, orang-orang dengan privilege sering nggak sadar soal ini.

Perempuan bisa dibilang dalam posisi under-privilege dibanding laki-laki. Tapi kalau kamu perempuan berkulit putih, berambut lurus, memiliki fitur wajah good-looking, artinya kamu memiliki beauty privilege.

Beauty privilege membuat perempuan yang memenuhi standar "cantik" mendapatkan hak lebih banyak, juga kemudahan dalam berbagai urusan. Beberapa penelitian di pengadilan bahkan menunjukkan bahwa orang dengan penampilan menarik mendapatkan hukuman lebih pendek dibanding dengan orang-orang pada umumnya.

Bermimpi adalah Privilege

Tentu hanya sedikit dari kita yang memenuhi standar privilege. Tapi kalau kamu memenuhi setengah dari daftar aspek yang telah disebutkan, artinya kita tergolong kalangan ber-privilege. Hal ini bisa aku jelaskan dengan keadaan saat aku KKN di Sailus Kecil, sebuah pulau terpencil di ujung selatan Provinsi Sulawesi Selatan. Pulau tanpa listrik, tanpa internet, dan tanpa akses air bersih yang layak.

Pengalaman KKN tahun 2019 di Sailus mengajarkanku bahwa bermimpi adalah privilege. Iya, impian dan cita-cita yang mungkin bagi kita hal sepele ternyata nggak semua orang bisa melakukannya. Ini aku sadari saat anak-anak di Sailus kebingungan ketika mereka ditanya tentang mimpi dan cita-cita.

Ini karena, bermimpi hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang tercukupi kebutuhan dasarnya—ditambah dengan akses informasi yang baik.

Jadi, jika kamu punya impian, itu artinya urusan perut sudah teratasi. Kamu juga bisa berpakaian cukup layak. Selain itu juga punya tempat tinggal.

Ketika kebutuhan dasar terpenuhi, barulah seseorang bisa memikirkan sesuatu yang jauh ke depan, termasuk bermimpi dan berimajinasi. Jadi jangan takut ketika kamu punya impian yang tinggi. Juga jangan gentar ketika kamu khawatir impianmu ketinggian, itu harus disyukuri. Karena tandanya kamu punya privilege yang cukup untuk bisa bermimpi.

Anak-anak di Pulau Sailus sana hanya bisa bermimpi menjadi guru, polisi, dan tentara. Itu karena profesi paling baik di pulau adalah menjadi guru, dibanding menjadi nelayan seperti kebanyakan warga pulau. Sementara polisi dan tentara masuk dalam daftar cita-cita mereka karena setiap tahun polisi dan tentara dari ibu kota kecamatan berkunjung satu-dua kali.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Jika kehidupan adalah ibarat lomba lari, orang-orang dengan privilege lebih ibarat memulai start lebih dahulu, di depan peserta lomba secara keseluruhan. Tentu orang-orang dengan privilege akan lebih mungkin menang karena perbedaan garis start ini.

Tetapi tulisanku ini bukan untuk membeda-bedakan keadaan setiap orang. Juga bukan untuk memupus harapan teman-teman yang mungkin hidup hanya dengan sedikit privilege.

Apa yang ingin aku sampaikan adalah, siapapun dan dengan privilege yang banyak maupun ala kadarnya, kita perlu memaksimalkan apa yang kita punya.

Bagi teman-teman yang memiliki privilege cukup banyak, teman-teman perlu mengakui itu. Jangan lupa untuk tetap rendah hati dan kadang juga perlu mengakui bahwa pencapaian kita salah satunya mungkin terjadi karena "bantuan" dari "tangan tak kelihatan" bernama privilege.

Bagi teman-teman yang hanya berbekal sedikit privilege, ini adalah saatnya untuk berbuat sesuatu di jalan yang tepat. Salah satu privilege yang bisa kita usahakan dengan tangan kita adalah pendidikan. Maka jika ada kesempatan sekolah tinggi, kejarlah.

Terlebih, dampak positif dari pendidikan bukan hanya menjadi pintar. Berbagai penelitian menyebutkan pendidikan yang baik akan memperbesar kemungkinan seseorang mendapatkan kualitas kesehatan dan ekonomi yang lebih baik. Selain itu, dampak positif pendidikan bukan hanya untuk diri kita sendiri tapi juga akan bermanfaat untuk anak-cucu kita kelak.

Terakhir, jangan lupa, ada satu golongan yang belum disebut dalam tulisan ini, yaitu golongan orang-orang biasa. Dibilang minim privilege, masih punya hidup yang cukup. Tetapi terlalu biasa-biasa saja untuk masuk golongan ber-privilege. Golongan seperti ini, termasuk aku dan keluargaku, paling banyak jumlahnya di Indonesia.

Bagi teman-teman yang biasa-biasa saja, pahami privilege-mu dan maksimalkanlah. Jangan lupa, hal-hal kecil seperti keadaan tubuh yang sehat, orang tua-keluarga-teman yang baik, sampai akses internet juga bisa menjadi privilege.

Pada akhirnya, jangan terlalu keras pada diri sendiri. Karena apa yang bisa kita capai bukan hanya ditentukan oleh seberapa keras kita berusaha. Ada banyak tangan-tangan tak terlihat yang ikut berkontribusi dalam hidup kita. Yang penting, kita pahami dan upayakan hal-hal yang bisa kita kendalikan.

Ayo berani bermimpi, sekolah yang tinggi jika memungkinkan, dan maksimalkan privileges kecil yang kita miliki. Aku percaya ketiga hal ini, ditambah dengan konsistensi dan support system yang cukup, akan mengantar kepada masa depan lebih baik.

Komentar

Postingan Populer