Salut untuk Para Penjaga Kondisi Rumah



Jumat kemarin seharian libur Hari Raya Idul Adha, nggak membantu pemotongan hewan qurban, walaupun sebenarnya keputusan itu kurang tepat karena mau nggak mau harus membantu buat belajar jadi bagian dari masyarakat yang baik.


Tapi pilihan itu memang disengaja, seharian aku pakai untuk beres-beres Gedung Dakwah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM). Nggak terlalu luas, cuma seukuran rumah kecil dengan 1 ruang tengah, 2 ruang kantor, dan 1 kamar ditambah dapur kamar mandi dan tempat wudhu. Iyap, tempat ini sudah setahun jadi tempat tinggalku, gratis, lengkap dengan AC, TV, dan segala fasilitas lain

Dan dalam setahun itu pula aku nggak pernah benar-benar serius beberes disitu. Jadilah pagi-siang sengaja mengosongkan waktu.

Singkat kata, beres-beres mencakup nyapu halaman, nyiram kembang, beberes kamar, nyuci pakaian 3x, nyuci piring dkk., nyikat kamar mandi + tempat wudhu, jemur kasur, rencananya juga sampai bebersih ruang tengah. Tapi ternyata sampai jam 2 belum kelar dan jam 3 sudah harus pergi lagi.

Ya, memang kadang kita nggak bisa memahami kalau belum merasakan. Ternyata gitu to, rasanya jadi ibu, mbak atau siapapun yang bertugas bebersih rumah setiap harinya. Ternyata dalam waktu 5-6 jam beres-beres nggak selesai, lelah sudah mengejar, waktu nggak lagi mencukupi.

Salut sama para penjaga kondisi rumah deh. Dalam 5-6 jam pejabat bisa menyelesaikan urusan proyek 1 Trilyun, berarti ternyata beres-beres rumah juga segitu nilainya jika diuangkan. Padahal cuma beres-beres lho, urusan yang sering banget kita anggap remes

Apalagi urusan beres-beres ini jadi salah satu tolak ukur, kita sudah bisa mengatur waktu dengan baik, atau masih belepotan?

Baru beres-beres. Belum ngebahas masak dan urusan lain

Pelajaran berharga untuk kita, terutama untuk para aktivis :)

Komentar

Postingan Populer