Optimalisasi SPI, Jaga Kualitas Perkaderan Organisasi

Optimalisasi SPI, Jaga Kualitas Perkaderan Organisasi

Perkaderan dalam Muhammadiyah saat ini dihadapkan dengan berbagai permasalahan yang ada di dalam masyarakat, baik masyarakat ijabah maupun masyarakat dakwah. Masyarakat secara umum saat ini memiliki permasalahan ruh islami yang semakin meredup dari waktu ke waktu, budi pekerti luhur yang semakin samar, sampai budaya global yang perlahan mulai menggurita.



Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), sebagai salah satu basis pergerakan pelajar di Indonesia, tentunya akrab dengan permasalahan-permasalahan tersebut. Padahal, disisi lain IPM harus memiliki cara untuk mencapai tujuannya yaitu menjadikan pelajar Islam yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil. Tentunya permasalahan semakin banyak menghadang dan tujuan harus tetap ditegakkan. IPM harus selalu berimprovisasi untuk mengatasi kesulitan tersebut.

Dalam mencetak kader-kader yang berkualitas, IPM harus memiliki beberapa sudut pandang untuk menentukan batasan-batasannya. Antara lain sudut pandang keilmuan, keagamaan, dan karakter kekaderan. Demi menjaga kualitasnya IPM haruslah selalu istiqomah menjaga ketiga sudut pandang tersebut dalam kadar yang tinggi dan lestari.

Dalam hal tersebut pastilah IPM membutuhkan alat yang dapat membantu pergerakan, menjaga kemurnian dan kualitas sudut pandang, serta memperjelas bidang gerak IPM. Dalam hal ini, IPM menggunakan Sistem Perkaderan Ikatan (SPI) untuk menjaga mutu proses perkaderan yang ada di dalam IPM serta  mengaktualisasikan tujuan IPM dengan perkembangan zaman dan peradaban.

Sistem Perkaderan dalam IPM yang telah disusun banyak dipertimbangkan dari kebutuhan Ikatan yang memerlukan program-program nyata demi memperjuangkan kemurnian dan kualitas pergerakannya. Program yang disusun disarikan dari keadaan yang memerlukan tindakan nyata untuk menjaga kualitas proses perkaderan maupun kader-kader yang dihasilkan.

Secara umum, SPI telah memiliki kualifikasi yang memadai untuk dapat mencetak kader yang berkualitas. Hal itudikarenakan SPI telah melalui berbagai proses dalam IPM yang menyaring program-program agar selalu memiliki efek yang baik bagi perkaderan di dalam IPM.

SPI telah disusun sedemikian rupa dengan program-programnya untuk menjaga kualitas perkaderan di dalam IPM. Namun dalam prakteknya, perkaderandalam IPM secara real masih belum sesuai seutuhnya dengan proses perkaderan yang diprogramkan dalam SPI. Hal tersebut dikarenakan belum optimalnya perkaderan di akar rumput, padahal akar-rumputlah yang menjadi tonggak utama penegak IPM, dan akar-rumputlah yang membuat IPM dapat terus eksis kini dan nanti.

IPM sudah sepatutnya memiliki formula khusus agar SPI dapat dipahami, dicamkan, dan dilaksanakan oleh segenap anggota IPM di setiap struktur pimpinannya. Dari pusat hingga ranting, dari pucuk batang dan daun hingga ujung akar.

Struktur pimpinan pemangku kebijakan tentang eksistensi dan pelaksanaan program-program di dalam SPI seharusnya dapat menyebarkan dengan baik pengaruh yang ada dalam SPI tersebut. Harus diadakan optimalisasi penyampaian program dalam SPI secara berjenjang dan berkesinambungan dari setiap struktur di atas dengan struktur di bawahnya.

Jika SPI dapat dimengerti setiap anggota, perkaderan dalam IPM akan menjadi optimal dan terjaga kualitasnya, sehingga pergerakan dalam IPM juga dapat diarahkan dan diprogramkan dengan baik dalam satu kesepahaman. Pergerakan dari jutaan pelajar (keseluruhan anggota, kader, dan simpatisan IPM) akan benar benar rmenjadikan IPM sebagaipelopor, pelangsung, dan penyempurna amanah yaitu IPM yang menanggung amanah sebagai bagian dari generasi harapan masa depan persyarikatan, umat, dan bangsa.


*) essay ini dibuat guna memenuhi syarat menjadi peserta Pelatihan Kader Taruna Melati II PD IPM Kota Yogyakarta, 25-28 Desember 2014 di Wisma Jindogo, Gunungkidul.

Komentar

Postingan Populer