Ketika Impian Nggak Kesampaian

Ini kisah cukup mengenaskan bagi sebagian orang, tapi gue nyoba untuk nggak ikut-ikut mengenaskan...



Ada yang namanya harapan atau impian (gue cukup sebut impian aja ya biar nggak ribet) di hidup kita ini dan beberapa harapan yang udah sampe di ujungnya, kelihatan tercapai atau enggaknya pas umur-umur SMA gini lah. Dan gue udah mengalami beberapa dari ujung impian, berikut cerita salah satunya..

Sekira 3-4 tahun lalu gue punya satu impian yang itu bakal ketemu ujungnya pas gue kelas XI. Yap dengan berbagai modal yang gue punya, pengalaman, dan motivasi untuk jadi orang yang anti mainstream akhirnya gue beraniin punya harapan itu. Impian yang pasti belum ada di kepala temen-temen gue saat itu.


Impian ini ternyata nggak kaya cita-cita anak kecil yang masih terlalu diawang-awang, labil, dan gampang gonta-ganti. Impian gue justru semakin kuat dari waktu ke waktu, semakin dapet motivasi untuk sampe ke impian itu, dan gue juga paham banget dari waktu ke waktu peluang gue selalu ada dan dan semakin besar aja. Selain itu, jarak dari mulai punya impian sampe ujungnya yang relatif cepet -- 3-4 tahun -- tambah ngebuka peluang kejadiannya impian itu.

Di tahun-tahun perjalanan impian itu, banyak banget momen yang terjadi. Enggak, bukan momen yang memaksa impian harus disudahi, tapi justru momen-momen yang bisa gue jadikan batu loncatan menuju impian itu. Seiring waktu berjalan gue dapet kegemilangan dimana-mana, pemahaman tentang impian yang gue pengen itu juga semakin kesini semakin mantep.


Gue dapet kegemilangan dimana-mana, dalam artian dapet tempat untuk bisa pasang nama untuk sampe ke impian gue itu. Oiya ada beberapa orang sebelum gue yang bisa sampe ke impian yang gue maksud itu, dan setelah dilihat track recordnya, gue udah memenuhi syarat - menyamai sejarah. Makin deket aja menuju impian itu.

Semua semakin  dekat, dan dari beberapa sudut pandang gue bakal bisa ngeraih impian itu, Tapi yang terjadi pada akhirnya adalah : gue gagal ngeraih impian itu, padahal tinggal sedikit lagi impian itu gue pegang dan gue bisa berbangga setelah sampe di impian itu. Ternyata gue gagal di jam - jam terakhir dari 3-4 tahun itu, di jarak satu jengkal dari impian itu. Kegagalan yang sempurna:)


Sakit hati, terpukul? Iya jelas. Gue bisa pastiin kalo ada anak seumuran gue yang patah hati, cinta ditolak, dan sebagainya masih kalah sakitnya kalah terpukulnya dengan pengalaman yang gue dapet ini, karena impian ini prosesnya bertahun tahun dan nggak bisa dikejar lagi kedepannya. Tapi ya, pada akhirnya dengan segala kesadaran gue bisa terima dan bisa bikin evaluasi, kira-kira apa yang salah kok bisa-bisanya gue sampe nggak bisa ngedapetin impian itu.

Ya, gue nggak nyalahin pihak manapun di kegagalan ini, tapi pada kenyataannya keliatan ada yang salah disini.
Pertama, gue yang terlalu polos. Di dalam ngejar impian itu, yang sekarang baru gue sadari adalah gue terlalu terpaku di dalam satu sudut pandang. Sudut pandang gue doang, sekedar tentang apa yang harus gue lakuin dan seberapa baik gue ngelakuinnya.

Kedua, faktor pendukung. Untuk bisa ngedapetin sesuatu kita bisa dapetnya karena ada faktor pendukung yang bisa terpenuhi, dan disitulah gue nggak bisa menuhinnya. Padahal faktor pendukung ini walaupun nggak berasa perlu pas prosesnya, tapi jadi penentu di hasil akhirnya.

Ketiga, sekitar kita. Ketika gue fokus ngejar impian, gue jadi apatis kesitu. Sampe-sampe nggak sadar situasi sekitar yang bisa aja ngebantu atau malah ngehancurin impian.


Yak, akhirnya gue harus say goodbye dengan impian itu, dan sekarang kejar impian lain - nikmati peran baru. Dan pastinya gue masih punya Tuhan yang selalu punya rencana lebih baik dari rencana-rencana terbaik makhlukNya. Bagi kalian yang dalam proses meraih impian ingat ya, bukan cuma kalian penentu keberhasilan impian, masih ada banyak pihak lain, dan masih ada Tuhan (y)

Komentar

Postingan Populer