Akhirnya, Masuk IPA

Sudah baca posting sebelumnya, kan? ternyata masih ada lebih banyak cerita yang menyusul..




Sempet ada "pertempuran sengit" dimana-mana..
Pertama, gue yang harus menghadap pimpinan madrasah banyak kali. Dari BK sampe itu tuh petinggi-petinggi. Disini sebenernya gue di atas angin karena ada fakta bahwa yaa gue memenuhi syarat dan selain itu gue juga kebantu track record yang lumayan baik. Tapi ternyata disini ini buntu, setelah gue berhasil kasih penjelasan yang lebih dari baik mereka-mereka cuma bilang "kamu lebih bisa lead kalo di IPS", atau ya "kamu lebih cocok di IPS". Nah itu dia, sebenernya yang bisa nge-lead atau enggak itu siapa yang mempengaruhi? Gue, kan? Siapa yang bisa ngerasain cocok atau enggakya? Gue juga, kan? Tapi ya pada akhirnya lobby-lobby gue mentok karena keputusan di tangan mereka.

Kedua, ada banyak desakan-desakan dari orangtua. Ya okelah keputusan pengin pindah itu dari setiap siswa, tapi kita nggak bisa ngabaikan gitu aja kontribusi orangtua dong, selama anaknya bisa terima dengan baik kenapa enggak? Toh balik lagi ke kondisi awal : yang bikin anak bisa sekolah ya orangtua. Nah disini ada 2 garis besarnya; yang pertama orangtua ngegempur habis-habisan itu pimpinan madrasah (gue yakin dalam prosesnya ada puluhan telepon masuk dari orangtua tentang problem ini), dan yang kedua orangtua yang anaknya susah mau pindah jurusan bilang "udah, pindah aja". Dan jadilah dalam rangkaian peristiwa ini harus ada korban.

Ketiga, ternyata ada kunci terakhir sebelum semua kejadian, guru. Oke pimpinan bisa nolak mentah-mentah argumen-bukti dari siswa, juga bisa masih bisa bertahan walaupun ada tekanan orangtua. Tapi kalo dukungan guru mengalir dengan lancar ya, otomatis pimpinan nggak bakal represif lagi dong. Yak walhasil setelah siswa yang ngajukan pindah dapet dukungan dari beberapa guru mapel, semuanya lancar secara tibatiba. Otomatis gue juga kena runtuhannya..



Yap akhirnya bisa pindah setelah proses yang lumayan berlarut, gue yang udah mulai males ngurusin, dan bahkan orangtua yang mulai kesel dan sampe bilang, "kalo nggak bisa pindah balik lampung aja pindah ke Al-Kautsar (sekolah swasta elit nih di Lampung) nggak papa". Disini lah semuanya dimulai lagi, settingan-settingan alternatif buang jauh-jauh dan gue kembali ke grand design awal di kelas XI ini.



Sekarang udah nge-blend di IPA dan tanpa diganggu ke-nggakpastian. Sekarang sampe ke bagian yang paling gue suka; pembuktian. Iya betul, banyak orang yang ngeremehin dan lain sebagainya yang itu harus dibungkam dengan cara yang benar. Ya, ada 300 hari kedepan yang harus dipake sebagai pembuktian itu tadi.

Kita lihat seberapa jauhnya gue bisa ngasih pembuktian, dan seberapa baik gue sebagai anak IPA.

Komentar

Postingan Populer