Kolusi dan Nepotisme
Ada yang pernah denger sebutan KKN? Di Indonesia, KKN biasa diartikan sebagai "Kuliah Kerja Nyata". Tapi beberapa tahun belakangan setelah terjadinya reformasi politik ada semacam plesetan untuk KKN, yaitu "Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme". KKN yang kedua inilah yang pengin gua bahas.
Tentang definisi, korupsi itu berarti menggunakan uang negara atau kelompok untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Kolusi berarti kerjasama tidak terpuji a.k.a persekongkolan/konspirasi. Terakhir nepotisme, berarti kecenderungan untuk mengutamakan kerabat terutama dalam jabatan, pangkat, dll. 3 hal ini dianggep sebagai sesuatu yang "jahat" di Indonesia, terutama korupsi, tapi gua leih tertarik untuk bikin pembahasan tentang kolusi dan nepotisme.
Korupsi sekarang ini banyak muncul di media. KPK sebagai lembaga pemberantas korupsi menjadi lembaga yang superpower, walaupun sempat bermunculan upaya untuk melemahkan KPK, tapi agaknya rakyat sudah sadar kalau suatu saat ada "something wrong". Hukuman untuk koruptor perlahan tapi pasti bertambah berat. Yang jelas korupsi dibenci banget sama rakyat. Karena itu, kalau nggak ada hambatan dan anomali, gua percaya nggak lama lagi (sekitar 10-15 tahun) korupsi di Indonesia bakal terkikis dan hampir punah.
Oke pemberantasan korupsi dapet perkembangan yang menggembirakan. Nah kolusi dan nepotisme gimana?
Kolusi
Kata diatas ini berarti persekongkolan, konspirasi, transaksi dan semacamnya yang bisa merugikan. Merugikan itu biasanya merugikan negara, tapi yang gue pake disini definisi merugikan institusi apapun itu, mau lembaga negara ataupun lembaga swasta.
Jadi, banyak kelakuan orang-orang jaman sekarang (kalau oknum pejabat nggak usah disebut lagi) yang bisa disebut kolusi, banyak banget malah. Yang paling kentara kasus suap, banyak yang nganggep itu korupsi, tapi toh suap kan berhubungan dengan konspirasi dan transaksi jadilah suap ini lebih pas dianggep kolusi, walaupun kalo yang dipake nyuap itu uang negara itu bisa masuk ranah korupsi.
Belum lagi kita tau di anggota dewan, kalo namanya bikin kesepakatan ataupun peraturan pastinya ada lobby-lobby dan segala macamnya. Dan yang namanya kepentingan kelompok yaa ada kemungkinan bikin rugi negara kan... Nah kasus semacam ini bisa juga disebut korupsi, karena ada persekongkolan dan bisa merugikan negara, walaupun tanpa melibatkan uang.
Juga ada yang inget ketika ditilang polisi ada "kesepakatan" antara kita dan polisi? betul, itu digolongkan kolusi karena (walaupun ada uang) nggak merugikan negara.
Contoh paling sederhana nih : di kelas. Yak, tepatnya ketika pemilihan ketua kelas. Banyak yang punya kemampuan, tapi pada nggak mau jadi ketua kelas. Walhasil pada bikin muslihat untuk bikin satu suara milih orang yang punya kebiasaan kena bully, dan hasil akhirnya udah ketebak : orang korban bully jadi ketua kelas dan guru dengan polosnya setuju-setuju aja. Ujung-ujungnya yang kejadian adalah ketua kelas jadi semacam pesuruh, jongos, bukannya pemimpin dan yaa kelas keadaannya gitu-gitu aja seolah olah ketua kelas itu nggak ada guna. Ini asli sederhana banget tapi nggambarin bahayanya kolusi
Nepotisme
Nepotisme bisa diartikan sebagai memiliki prinsip kekeluargaan atau kekerabatan yang erat, memiliki prioritas untuk menempatkan keluarga maupun kerabat pada jabatan-jabatan tertentu. Kerabat ini bisa kita anggap sebagai teman, sahabat, kolega atau semacamnya.
Seperti biasa, di posisi-posisi tinggi kita tau "dinasti Ratu Atut" yang banyak punya posisi di Banten, juga dulu ada Pak Harto yang anaknya jadi petinggi produsen mobnas Timor itu juga orang-orang dekatnya yang banyak ngisi posisi tinggi, di kekhalifahan Islam kita juga tau ada Khalifah Utsman yang menempatkan beberapa kerabatnya jadi Gubernur. Itu contoh nepotisme, tapi.......
Tapi gue lebih pingin nyorot nepotisme yang ada di kehidupan kita sekarang. Contoh, kita semua pasti inget ketika kecil kalo lagi main temen yang deket dengan kita bakal kita baik-baikin dengan segala alasan dan sebaliknya, temen yang "sekedar temen" bakal nggak dapet pembelaan dari kita. Itu bisa dibilang nepotisme, walaupun sederhana
Juga ada, ketika kita ada di organisasi atau semacam kepanitiaan, tepatnya pas kita diminta milih orang untuk jadi partner. Ada 2 pilihan biasanya, antara menyesuaikan kemampuan atau chemistry; pasti sebagian besar dari kita ngutamain chemistry. Gue pun kadang masih punya mindset kayagitu. Ini juga bentuk nepotisme sederhana.
Banyak suara-suara anti Korupsi, anti Kolusi, dan anti Nepotisme. Tapi ke-anti-an itu seolah nggak ada gunanya kalo kita nggak tau apa itu semua dan masih melakukan itu semua (walaupun tanpa sadar). Nah, waktunya kita mulai sadar bahaya kolusi dan nepotisme yang bisa jadi lebih mengakar daripada korupsi. Di segala lapisan masyarakat tentunya.
Sudah ya, pembaca pada paham kan? Maaf kalau ada ketidaktepatan.. Sekian.
Jadi, banyak kelakuan orang-orang jaman sekarang (kalau oknum pejabat nggak usah disebut lagi) yang bisa disebut kolusi, banyak banget malah. Yang paling kentara kasus suap, banyak yang nganggep itu korupsi, tapi toh suap kan berhubungan dengan konspirasi dan transaksi jadilah suap ini lebih pas dianggep kolusi, walaupun kalo yang dipake nyuap itu uang negara itu bisa masuk ranah korupsi.
Belum lagi kita tau di anggota dewan, kalo namanya bikin kesepakatan ataupun peraturan pastinya ada lobby-lobby dan segala macamnya. Dan yang namanya kepentingan kelompok yaa ada kemungkinan bikin rugi negara kan... Nah kasus semacam ini bisa juga disebut korupsi, karena ada persekongkolan dan bisa merugikan negara, walaupun tanpa melibatkan uang.
Juga ada yang inget ketika ditilang polisi ada "kesepakatan" antara kita dan polisi? betul, itu digolongkan kolusi karena (walaupun ada uang) nggak merugikan negara.
Contoh paling sederhana nih : di kelas. Yak, tepatnya ketika pemilihan ketua kelas. Banyak yang punya kemampuan, tapi pada nggak mau jadi ketua kelas. Walhasil pada bikin muslihat untuk bikin satu suara milih orang yang punya kebiasaan kena bully, dan hasil akhirnya udah ketebak : orang korban bully jadi ketua kelas dan guru dengan polosnya setuju-setuju aja. Ujung-ujungnya yang kejadian adalah ketua kelas jadi semacam pesuruh, jongos, bukannya pemimpin dan yaa kelas keadaannya gitu-gitu aja seolah olah ketua kelas itu nggak ada guna. Ini asli sederhana banget tapi nggambarin bahayanya kolusi
Nepotisme
Nepotisme bisa diartikan sebagai memiliki prinsip kekeluargaan atau kekerabatan yang erat, memiliki prioritas untuk menempatkan keluarga maupun kerabat pada jabatan-jabatan tertentu. Kerabat ini bisa kita anggap sebagai teman, sahabat, kolega atau semacamnya.
Seperti biasa, di posisi-posisi tinggi kita tau "dinasti Ratu Atut" yang banyak punya posisi di Banten, juga dulu ada Pak Harto yang anaknya jadi petinggi produsen mobnas Timor itu juga orang-orang dekatnya yang banyak ngisi posisi tinggi, di kekhalifahan Islam kita juga tau ada Khalifah Utsman yang menempatkan beberapa kerabatnya jadi Gubernur. Itu contoh nepotisme, tapi.......
Tapi gue lebih pingin nyorot nepotisme yang ada di kehidupan kita sekarang. Contoh, kita semua pasti inget ketika kecil kalo lagi main temen yang deket dengan kita bakal kita baik-baikin dengan segala alasan dan sebaliknya, temen yang "sekedar temen" bakal nggak dapet pembelaan dari kita. Itu bisa dibilang nepotisme, walaupun sederhana
Juga ada, ketika kita ada di organisasi atau semacam kepanitiaan, tepatnya pas kita diminta milih orang untuk jadi partner. Ada 2 pilihan biasanya, antara menyesuaikan kemampuan atau chemistry; pasti sebagian besar dari kita ngutamain chemistry. Gue pun kadang masih punya mindset kayagitu. Ini juga bentuk nepotisme sederhana.
Banyak suara-suara anti Korupsi, anti Kolusi, dan anti Nepotisme. Tapi ke-anti-an itu seolah nggak ada gunanya kalo kita nggak tau apa itu semua dan masih melakukan itu semua (walaupun tanpa sadar). Nah, waktunya kita mulai sadar bahaya kolusi dan nepotisme yang bisa jadi lebih mengakar daripada korupsi. Di segala lapisan masyarakat tentunya.
Sudah ya, pembaca pada paham kan? Maaf kalau ada ketidaktepatan.. Sekian.
izin REPOST
BalasHapusyap, silahkan
BalasHapus