Menuju Matahari Keduapuluh


Dari waktu ke waktu, saya mengamati bahwa orang-orang secara umum bersukacita menghadapi bertambahnya usia. Mulai dari kesehatan yang terus terjaga, hidup yang banyak rezekinya, hingga karier dan persahabatan yang dimilikinya.

Secara umum hal tersebut berlaku. Namun juga ada orang-orang yang sekedar hidup saja belum tentu bisa. Juga ada orang yang sebenarnya ingin berbahagia pada hari ulangtahun-nya, tapi apa boleh buat musibah sedang datang. Kan nggak mungkin mau berbahagia ketika musibah menyertai –saya pernah merasakan hal itu 2 tahun lalu.

Tapi sekarang beda lagi. Saya, Nabhan Mudrik Alyaum nggak akan menyambut hari ulangtahun dengan suka, duka, ataupun suka yang tertahan duka. Juga saya nggak bakal menjadi pihak oposisi bagi pihak yang merayakan ulangtahun ataupun pihak yang tidak merayakan ulangtahun. Toh sebagai umat Islam kedua nilai luhur yang dijunjung dua pendirian tersebut ada dalam kebiasaan Nabi Muhammad, beliau merayakan hari kelahirannya setiap pekan pada hari Senin dengan berpuasa.
Saya memilih untuk menyambut hari bertambahnya usia saya (yang akan datang) dengan penasaran. Karena usia saya bakal memasuki dua puluh tahun, kepala dua. Golongan usia yang menurut saya begitu menarik sampai membikin penasaran dengan letupan-letupan di dalamnya.

Saya terinspirasi dengan sosok Muhammad Al Fatih yang memimpin Turki Utsmani membebaskan Konstantinopel, memenuhi kriteria pemimpin terbaik dengan prajurit terbaik -dan belum ada yang menyaingi- jika mengacu pada hadits HR. Ahmad. Kejadian itu terjadi ketika Muhammad Al Fatih berusia 21 tahun.

Juga menarik mendalami Mark Zuckerberg yang menjadi miliarder dengan terobosan keren. Facebook yang dirintis olehnya bahkan jadi “kerajaan” medsos (dengan Instagram, WhatsApp menjadi bagian dari Facebook) yang mampu bersaing dengan Google. Keluarbiasaan ini mulai mencapai puncaknya ketika Zuckerberg berusia 26 tahun –menjadi Person of The Year versi majalah Time pada 2010.

Belum lagi dengan jajaran Ketua Umum - Sekretaris Jenderal PP IPM, pemuda-pemuda pejuang macam Malala Yousafzai dan Soe Hok Gie, hingga para founding father negara. Semuanya luar biasa. Secara umum beliau-beliau mencapai titik menakjubkan yang dicatat sejarah pada usia 20-an tahun.

Jadilah saya makin antusias dan pertanyaan memenuhi kepala.
Apakah saya bisa mencapai kebermanfaatan seperti mereka?
Apakah saya bisa mendapatkan (dan membentuk) pengalaman menakjubkan seperti mereka?
Apakah saya hanya menjadi manusia 20-an tahun yang hidup sekedar hidup?
Ataukah saya bisa mengisi usia 20-an tahun dengan perjalanan-perjalanan menakjubkan?
Gimana dengan urusan cinta dan jodoh, bakal lurus kah atau berliku kah?
Atau malah saya bakal mati di usia 20-an, kalau iya apakah saya bakal sekedar diketahui keluarga atau bakal seperti Gie —yang bahkan sosoknya dikenal oleh pembuat peti mati dan penerbang pesawat AURI?

Semua yang baik bakal saya usahakan, saya mintakan ke Tuhan melalui doa. Tentunya doa rekan-sahabat-keluarga di sekeliling sangat bermanfaat untuk mendukung dan menguatkan rangkaian usaha ini.

Selanjutnya, setelah 20x gerak semu tahunan matahari mengalami siklusnya, setelah bumi tepat 20 kali kembali ke titik yang sama persis dalam pengembaraannya mengelilingi matahari –selama usia saya berjalan, satu per satu semua akan terjawab. Tapi sebelum itu, saya mulai semua dengan penasaran yang menjadi salah satu motivasi untuk terus berjuang, menuntaskan seluruh rasa penasaran yang berkecamuk. Mengusahakan seluruh daya yang bisa memberi manfaat.

Semoga Allah Meridhoi.
Nabhan Mudrik Alyaum,
Lahir di Bulan Januari

Komentar

Postingan Populer