Yang Diamanahkan, Yang Tak Terbayangkan

Yang terjadi sekarang adalah; aku nggak pernah membayangkan akan berposisi seperti sekarang...

4-7 tahun lalu, Nabhan bukan siapa-siapa. Seorang anak SD di Kota Bandar Lampung yang cuma berbekal prestasi akademik sekolah yang sekedar bagus. Prestasi diluar rapor ya cuma level-level kecamatan, paling tinggi juga jadi penjaga gawang yang timnya Juara 1 se-Kecamatan, atau juara lomba mata pelajaran IPA --itu juga cuma level kecamatan. Sekalinya lolos sampe level kota, langsung gugur, atau untuk olimpiade sains kota juara 3 saja nggak dapat.

Masuk MTs di Muallimin, Jogja, tambah tenggelam lagi. Nggak ada satupun juara lomba eksternal yang aku dapatkan selama MTs. Organisasi pun jauh dari kata aktif, cuma sebuah komunitas dibawah PR IPM (Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah), paling tinggi ya jadi peserta terbaik forum orientasi di awal kelas 7. Ekskul? Juga nggak aktif, merasa lumayan bisa dan hobi sepakbola tapi latihan rutin nggak pernah, ujicoba nggak pernah, apalagi sampe ikut kompetisi. Ditambah lagi urusan akademik, nggak ada yang namanya pernah ranking 1, paling tinggi peringkat 3 dan cuma sekali. Yasudah, kerjaan dulu ketika waktu senggang cuma istirahat, main sepakbola, tidur, nyuci baju, atau ke warnet. Ya, ke warnet, tweets masuk puluhan ribu itu karena dulu keseringan ke warnet hehehe... Oiya, tidur di kelas juga sering, duh

Lanjut MA di Muallimin juga. Disini agak membaik sih, aku lumayan aktif di komunitas debat, secara organisasi juga masuk IPM dan IKPAMMMASAS (organisasi anak Sumatera-nya Muallimin-Muallimaat gitu). Pernah dapat beberapa juara walaupun nggak terlalu wah, tapi untuk urusan akademik ya stagnan-stagnan aja, malah tambah parah kalau urusan kimia dan matematika. Di IPM pernah mencapai satu titik dimana jadi salah satu nama untuk posisi Ketua Umum, tapi karena satu dan lain hal aku nggak memungkinkan untuk menempati posisi Ketua Umum itu. Ya, walaupun di MA sedikit meningkat, tapi aku masih bukan siapa-siapa. Nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan teman-teman yang luar biasa prestasinya, apalagi kalau dibandingkan dengan Donnarumma yang sudah menjadi penjaga gawang utama AC Milan dalam usia 17 tahun, tambah nggak ada apa apanya :')

Berbagai latar belakang yang "bukan siapa-siapa" itu membuat aku nggak pernah berpikiran jadi seperti sekarang..

Tapi nggak tahu kenapa, sejak akhir-akhir 2016 ada kabar berhembus bahwa Nabhan jadi salah satu kandidat yang memungkinkan menjadi Ketua Umum PD IPM Kota Yogyakarta. Terang saja, aku selalu menghindar, menanggung posisi Ketua Umum itu berat. Pengalaman-pengalaman sebelumnya sangat menggambarkan hal itu. Apalagi, aku sebagai "yang bukan siapa-siapa" itu tadi nggak pernah mengemban jabatan sebagai ketua umum dimanapun aku berada.


Nggak tahu kenapa lagi, kabar-kabar itu justru semakin jelas, dan berpuncak di Musyawarah Daerah ke 25 awal Maret lalu. Semua Formatur (Tim yang bertugas merumuskan struktur) aku tanyakan kesanggupan untuk menjadi Ketua Umum (aku punya hak menanyakan karena sesuai hasil pemilihan aku menjadi Ketua Tim Formatur), tapi nggak ada yang menyanggupi --sama sekali. Alamat, Nabhan disepakati menjadi Ketua Umum PD IPM Kota Yogyakarta periode 2017/2019. FYI, basis massa IPM di Kota Yogyakarta itu pelajar yang jumlahnya lebih dari 10.000 orang.

Memang katanya nggak boleh mencari-cari amanah dan posisi, tapi kalau sudah diminta, yasudah nggak ada kata lain yang boleh diucap selain menerima. Karena justru permintaan adalah bentuk kepercayaan. Ketika dipercaya, apa iya kita mau menghindar?

Dan ketika serah-terima jabatan, ketika pihak 1 - pihak 2 bertukar tandatangan, ketika amanah resmi berpindah, semua sudah jadi kenyataan. Nggak boleh lagi bilang "aku nggak mau jadi Ketua Umum". Harus mentarget untuk membuktikan, bahwa orang-orang nggak salah memberi mempercayai amanah ke Nabhan


Ya, tak terbayangkan. Tapi nyatanya jadi kenyataan. Dan kenyataan ada untuk diselesaikan

Tinggal memaksimalkan segalanya, bekerjasama, berkolaborasi. Seperti pantun di akhir pidato pelantikan kemarin;

Timun suri dikejar raksasa
Raksasa lelah, akhirnya mati
   Mau jadi apa kita pasti bisa
   Ayo kerjasama, ayo kolaborasi!

Hanya bisa usaha dan semoga, karena sebelum sempat membayangkan langsung diberi kesempatan merasakan.. dengan menyebut nama Allah, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Komentar

Postingan Populer