Langkah 2 : Apa yang Kamu Dapat Selama Jadi Ketum?

Mohon maafkan foto utama yang sangat pencitraan ini hehe. Foto lain mulai dari pertemuan sampai beberapa agenda dan foto yang nggak banget ada di bawah ya :)

 Apa yang kamu dapat selama jadi ketum?

Pertanyaan di atas disampaikan baru-baru ini oleh Syahnindita Erhan (Anin panggilannya, Anggota Bidang ASBO). Menarik sekaligus menantang untuk dijawab.

Karena banyak banget yang sudah aku dapatkan selama menjadi ketum. Saking banyaknya, sampai nggak sanggup kalau harus mengingat satu per satu. Tapi, paling enggak aku sebutkan beberapa yang paling membekas. Siapa tahu bisa sama-sama jadi pelajaran


Kenal Banyak Teman dari Berbagai Daerah
PD IPM sangat membantu dalam mengenal lebih banyak orang dari mana-mana. Mulai dari seluruh Kota Jogja, ragam kabupaten di DIY, sampai ragam provinsi dan kota di Indonesia.

Selama menjadi ketum inilah mendapat ragam cerita setelah bertemu banyak orang. Mulai dari perbedaan logat, kebiasaan, sampai perbedaan tantangan di setiap daerah. Ada lho, yang sudah jadi ketum di tingkat wilayah (provinsi) tapi masih kelas 12 SMA, ada juga yang ketika mau menyebar surat harus seharian penuh. Cerita-cerita semacam itu bikin aku mulai tahu, dan pelan-pelan melalui PD IPM ataupun jalan lain, aku mulai mengunjungi teman-teman seikatan itu satu persatu.

Foto bersama teman-teman dari Kalimantan Barat

Foto bersama teman-teman dari Medan







Foto bersama teman-teman dari Lampung dan Batam, Kepulauan Riau

Dapat Pengalaman yang Nggak Terbayang Sebelumnya
Membawa uang tunai 150juta dalam tas misalnya. Atau bekerjasama dengan organisasi/ komunitas tingkat nasional dan internasional. Atau ngobrol banyak hal dengan tokoh-tokoh yang biasanya cuma kita lihat di TV/ internet.

Nggak pernah ada dalam bayangan aku membawa uang sebanyak itu, ternyata berat bos, bikin tas penuh hehe.

Berkat pengalaman-pengalaman di PD IPM inilah aku tau rasanya. Juga seorang Naban yang hanya tinggal di Lampung dengan keadaan seadanya, jauh dari gaya hidup perkotaan apalagi lintas kota nggak pernah kebayang untuk bisa semacam ini. Dulu aku ingat seumur-umur hanya sekali bisa melihat iring-iringan presiden, itupun nggak sengaja. Juga hanya sekali dan senang banget ketika Ketua Umum PP Muhammadiyah hadir ke kompleks sekolahku.


Menghargai Uang dan Waktu
Uang adalah satu hal yang kadang kita anggap sepele. Apalagi kalau hidup kita sudah tercukupi. Tapi ketika harus menjaga agenda organisasi tetap hidup dengan sumber keuangan yang antah-berantah, pasti jadi pikiran tuh.

Yang lebih penting lagi adalah waktu. Aku sangat banyak diajari tentang waktu. Mulai dari melakukan sesuai waktunya, mencoba menerapkan prinsip tepat waktu, sampai memilih momen yang tepat. Juga ternyata untuk menjaga tepat waktu itu susahnya minta ampun. Khusus untuk lingkup Indonesia, sepertinya tradisi tepat waktu belum bisa untuk terlalu dipaksakan.

Belajar menghargai uang maupun waktu membuat 


Peduli dengan Pelajar
Lelah dengan pertanyaan, "kenapa sudah mahasiswa tapi kok masih di IPM?"

Sukanya lho menanyakan pertanyaan semacam itu. Sampai pada lupa bahwa tanggungjawab adik-adik kita di SMP/SMA itu nggak bisa dibatasi hanya pada guru dan pemerintah. Kita yang mahasiswa, generasi yang satu klik di atas para pelajar juga punya tanggungjawab, bukan hanya nyinyir tentang generasi micin dan pelajar zaman now saja tuhlo. Kalo nggak kita, siapa lagi?

Jambore Perkaderan 2017
Di sela Student Camp 2018



Belajar Memahami Orang
Ini yang paling penting!

Aku nggak bisa membayangkan banyaknya perubahan dan pelajaran yang aku dapatkan tentang seseorang. Bahwa ternyata perlu pendekatan personal. Bahwa ternyata banyak hal yang kita sepelekan itu bisa jadi sangat berarti buat orang lain. Dan hal ini terjadi banget di aku.

Aku merangkak dari yang sangat ndak peduli urusan personal dan memahami orang, sampai sekarang mulai bisa mengerti walaupun sedikit-sedikit. Bahkan, kalau ditanya tentang bagaimana mengatasi persoalan, atau badai-badai kecil dalam organisasi, ya pendekatan personal ini jawabannya. Seolah jadi bagian dari obat segala penyakit gitu deh.

Dan jujur, ini yang begitu berguna dari segala pengalaman dalam organisasi.


Jadi Pembicara yang Baik
Penutupan Student Camp 2018

PD IPM benar-benar memberi wadah untuk ini. Dari awal dulu aku ingat pertama kali mengisi materi ketika masih kelas 11 MA. Garing materinya. Susah dipahami. Ditambah lagi memang bawaanku yang kaku. Dan parahnya, saat itu aku mengisi materi dengan audiens kelas 10 dan 11 dari salah satu SMA Muhammadiyah di Yogyakarta. Salah satu akibatnya adalah dibilang nyeremin sama Mumtaza, salah satu peserta dahulu yang sekarang jadi bagian dari PD IPM Jogja (Anggota Bidang ASBO) --bahkan dia masih ingat sampai sekarang ketika aku sudah nggak ingat-ingat banget.

Tapi betapapun buruknya, disitulah aku mulai belajar bisa ngomong di depan umum. Merangkak pelan-pelan untuk belajar makin baik dan makin baik lagi. Kalau sekarang sudah mendingan ketika berbicara di depan, ya itu karena IPM. Kalau sekarang sudah bisa melontarkan humor walaupun sedikit, ya itu dari IPM. Kalau kemarin sudah berhasil terjun-berdialektika selama sidang komisi di Muktamar XXI IPM ya itu dimulai sejak kelas jadi pemateri IPM.



Pendek kata, langkah 2 ini mengantarkan ke perenungan yang dalam. Bahwa banyak yang patut disyukuri selama ber-IPM, juga banyak yang harus terus diperjuangkan dan dipelajari lagi.

Bersambung ke langkah selanjutnya


Bersama Mas Khoirul Huda dan Mas Azaki (Ketum-Sekjend PP IPM 2014-2016) di Student Camp

Pose gelapku pasca Upgrading 3



Muka ngantuk + sarung. Cocok! hehe


Menerima kenang-kenangan dari PD IPM Medan

Menerima kenang-kenangan dari PW IPM Kalimantan Barat. Abang ini namanya Dayat, sampai sekarang berteman baik. Ya karena IPM.

Foto bersama di kantor kecil kami, dengan teman-teman dari Kalbar

Komentar

  1. Wkwkwk.. siyapp. Lanjutkan perjuanganmu bang

    BalasHapus
  2. Tumben telaten dokumenin foto cakep.yg pasti berorganisasi termasuk ber IPM sangat2 banyak manfaatnya.tapi kalo beroeganisasinya TENANAN DAN DIHAYATI.faktanya byk juga temen2 yg dulu aktif organisasi tapi juga masih byk g mudeng...
    Misalnya dalam melihat persoalan,memobilisasi SDM dan SDO. Mendekati personal. Memenej suatu acara.memahani regulasi dsb.
    Utk ABAN dan ananda2 IPM tetaplah berjuang dg sepenuh RASA di IPM.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer