Kelulusan untuk Bapak


Saat gladi wisuda dan menyanyikan Himne Gadjah Mada kemarin, tiba-tiba jiwaku bergetar. Terharu. Mata berkaca-kaca. Air mata nyaris menetes, aku cepat-cepat menyeka dengan tangan sebelum betulan menetes. Ngga enak dilihat orang.

Akhirnya aku sampai di titik ini, sembari terbayang memori belasan tahun lalu.

Saat itu, dalam perjalanan dari rumah Mbah di Lampung Timur, aku bersama Bapak naik motor. Suzuki Shogun butut keluaran tahun 98 yang dibeli second.

Di tengah perjalanan, di jalan kecil yang sepi di pedalaman Lampung Timur, tiba-tiba HP Bapak berdering. Bapak segera menepikan motor, lalu mengangkat telepon. Rupanya dari UGM. Mengabarkan kalau tidak ada keringanan biaya dan opsi pembayaran untuk Bapak kuliah S3 di UGM—akhirnya Bapak S3 di UIN dan lulus jadi doktor tahun 2011.

Peristiwa yang masih kuat dalam ingatan itu cuma satu contoh. Entah berapa kali Bapak bertarung dengan kerasnya hidup dan mati-matian soal pendidikan

Sempat putus sekolah saat SD

Kesulitan biaya dan nyambi jadi "OB" sekolah saat SMA

Lolos ujian, tapi gagal masuk UNILA karena biaya

Sendirian dan gak kenal siapa-siapa saat berangkat kuliah dengan beasiswa penuh S1 di UMS

Pulang-pergi Jogja-Lampung dan luar biasa kesulitan sampai mengalami gangguan kejiwaan saat S2

Gagal masuk UGM untuk S3 karena keterbatasan biaya

Sekarang, aku, Nabhan Mudrik Alyaum, anak kedua Bapak Sudarman, akhirnya lulus dari UGM dengan biaya penuh dari Bapak

Walaupun harus menempuh dua belas semester

Hancur-hancuran di mata kuliah Kimia & Matematika

Disambi-sambi organisasi dan kerjaan

Pontang-panting dalam banyak urusan

Berhadapan dengan dua tahun pandemi

Belasan kali revisi proposal dan skripsi

Jadi yang paling tua dan satu-satunya angkatan 16 di prodi pas wisuda

Biarlah itu semua jadi bagian dari proses. Sekarang yang ada hanya kelegaan. Aku, anak laki-laki tertua Bapak, sudah lulus dari UGM.

Aku hari ini adalah gambaran betapa beratnya perjuangan untuk kuliah dan menjadi terdidik bagi sebagian kalangan.

Aku hari ini adalah proses jatuh berpuluh kali dan bangun lagi berpuluh kali pula—yang suatu saat pasti membuahkan hasil.

Dan semoga aku hari ini, sarjana dari UGM, adalah pelipur lara bagi Bapak yang semangat untuk belajarnya tinggi namun berulang kali kesulitan sampai gagal masuk UGM karena persoalan biaya

Terima kasih, Pak. Aku persembahkan gelar dan kelulusan ini untuk Bapak.

Komentar

  1. Selamat mas Aban. Ponakan mami yang pernah mami gendong, mami suapin makan, mami mandiin, mhg mi cebokin. Ponakan mami yang kalo makan dibahisin dulu nasinya, baru dimakan lauknya.

    BalasHapus
  2. MasaAllah...luar biasa Aban
    ., tulisan yg sangat menyentuh qalbu...jadi ikut berkaca kaca

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer