Mudik yang Terasa Berbeda

Mudik kali ini terasa beda dari biasanya. Hari kelima belas puasa aku sudah menuju Lampung. Padahal, lima tahun belakangan aku selalu mudik mepet-mepet. Malah lebaran tahun 2020 aku ngga pulang, karena pandemi masih parah-parahnya dan vaksin pun belum tersedia.


Bukan cuma pulang lebih awal. Persiapan pulang kali ini pun tergolong mepet. Jam 18.30 tadi aku masih di UAD buat ikutan buka bersama PP IPM - Kuntum. Dua jam kemudian aku sudah melesat di jalanan kota Jogja bersama Ayub menuju stasiun Tugu.

Ngga ada koper besar, ngga ada kardus oleh-oleh. Kali ini cuma bawa diri dan tas carier berisi pakaian seadanya. Emang berasa ngga mudik, cuma kaya pergi ke Malang atau Jakarta aja rasanya, hehehe...

Dan, ya, momen lebaran kali ini sepertinya bakal lebih banyak di rumah. Ngga seperti beberapa tahun terakhir yang sibuk dengan IPM, Milenialis, IBTimes, buka bersama, daaan banyak agenda lain di Jogja. Ramadan kali ini cukup banyak waktu di rumah, bahkan mungkin besok aku bakal sempat merasakan sahur di kampung Bapak, juga di kampung Ibu.

Selain itu, kepulangan ini juga jadi momen sejenak meninggalkan Pulau Jawa dan segala aktivitasku yang dua bulan terakhir makin menumpuk saja, mulai dari revisi skripsi, IKMAMMM, TMU, sampai IBTimes. Maka, sembari bersiap menghadapi kesibukan-kesibukan baru, memberi waktu sejenak buat menjauh dari hiruk-pikuk Pulau Jawa sepertinya jadi pilihan yang tepat.

Tapi, bukan berarti menepi sejenak ini bisa terjadi begitu saja. Sebenarnya ngga enakan juga mudik lebih cepat, karena itu berarti harus ada beberapa agenda yang ngga aku ikuti. Sampai sekarang saja sudah ada dua acara dan satu buka bersama harus kutolak demi memuluskan rencana mudik lebih awal.

Ya, begitulah hidup, makin ke sini makin ngga bisa memilih semua hal buat dilakukan. Tinggal gimana caranya apa yang udah jadi pilihan, aku coba lakukan sebaik-baiknya.

Selamat melanjutkan Ramadan, juga selamat bersiap menyambut lebaran bagi teman-teman yang merayakan! :)

Komentar

Postingan Populer